Langsung ke konten utama

Suasana Pasar Kalangan Rebo di Musim Hujan: Sepi, Tapi Tetap Berwarna

  Pasar kalangan di hari Rabu biasanya selalu ramai, penuh dengan hiruk-pikuk aktivitas warga yang datang untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Tempat parkir yang biasanya dipenuhi oleh motor, serta para bapak-bapak yang duduk santai menunggu istri mereka berbelanja sambil mengobrol, menjadi pemandangan khas di pasar ini. Namun, suasana pasar kalangan Rebo kemarin terasa berbeda.  


Musim hujan telah tiba, dan dampaknya sangat terasa di berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk aktivitas di pasar. Para petani karet yang biasanya memiliki uang belanja lebih karena hasil menoreh yang cukup, kali ini lebih memilih bekerja daripada berbelanja, mengingat cuaca yang tidak menentu. Hujan yang sering turun sejak pagi membuat banyak petani kesulitan mendapatkan hasil karet yang memadai. Akibatnya, banyak yang lebih fokus bekerja agar tetap mendapatkan penghasilan daripada menghabiskan waktu di pasar. Hal ini membuat jumlah pembeli jauh lebih sedikit dibanding biasanya, menjadikan pasar tampak lengang dan kurang semarak seperti hari-hari sebelumnya.  



Aku, Nafsha, dan Sahil datang ke pasar dengan harapan bisa menikmati suasana yang biasa kami rasakan. Namun, sepinya pasar membuat kami akhirnya lebih banyak menunggu di teras rumah Pak Haji Johnson, yang letaknya tidak jauh dari pasar. Sambil duduk-duduk, aku memperhatikan sekeliling—pedagang tetap berjualan dengan harapan ada pelanggan yang datang, tetapi tidak seramai biasanya.  


Sebelum berangkat, istri sebenarnya sudah merencanakan untuk membeli buah durian, salah satu buah favorit kami. Namun, ternyata hanya ada satu pedagang yang menjualnya, dan itupun hanya menyediakan empat buah durian saja. Sayangnya, kami tidak kebagian karena sudah lebih dulu dibeli orang lain. Sedikit kecewa, akhirnya istri memutuskan untuk membeli barang lain sebagai gantinya.  





Sebagai alternatif, istri memilih untuk membeli perabotan seperti toples, sesuatu yang sebenarnya juga cukup berguna di rumah. Untuk buah-buahan, dia menggantinya dengan semangka, yang tentu saja tetap menjadi pilihan yang menyegarkan. Selain itu, kami juga membeli beberapa makanan lain seperti pempek, sate, buah kurma, dan beberapa camilan lainnya untuk dibawa pulang.  


Meskipun suasana pasar kali ini tidak seperti biasanya, tetap ada warna tersendiri dalam pengalaman ini. Sepinya pasar memberikan kesempatan untuk lebih menikmati waktu bersama keluarga, sambil melihat bagaimana para pedagang tetap berusaha bertahan di tengah kondisi yang sulit. Di balik lengangnya pasar, ada cerita perjuangan mereka yang tetap berjualan meskipun tahu bahwa pelanggan mungkin tidak sebanyak biasanya.  


Hari itu, kami memang tidak mendapatkan durian seperti yang direncanakan, tetapi tetap membawa pulang sesuatu yang berharga—bukan hanya belanjaan, tetapi juga pengalaman tentang bagaimana musim hujan bisa mengubah dinamika kehidupan sehari-hari. Semoga di pekan mendatang, cuaca lebih bersahabat dan pasar kembali ramai seperti sedia kala.

Komentar

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.