Langsung ke konten utama

Musim Hujan dan Dilema Pekerja Deres Karet: Kerja atau Tidak?

 Musim hujan selalu menjadi tantangan besar bagi para pekerja deres karet seperti saya. Cuaca yang tidak menentu, seringnya hujan pagi atau fajar, membuat pekerjaan tidak bisa maksimal. Di satu sisi, penghasilan bergantung pada jumlah getah yang berhasil saya deres, tapi di sisi lain, cuaca hujan sering membuat rencana kerja jadi berantakan. Apalagi kalau sudah masuk musim penghujan di awal tahun seperti sekarang.



Senin kemarin, saya sudah menimbang getah seperti biasa. Biasanya, saya menimbang dua kali seminggu, yaitu hari Senin dan Rabu. Tapi karena di akhir Januari ini banyak tanggal merah, jadwal nimbang hari Rabu diundur jadi Kamis. Hal ini bikin saya harus memikirkan ulang apakah mau kerja deras di hari Rabu atau tidak. Istri saya sendiri berharap saya tetap libur seperti biasa, sementara saya sebenarnya punya rencana untuk bekerja jika cuaca memungkinkan.


Pagi tadi, cuaca terlihat cerah, tapi keputusan untuk bekerja atau tidak masih menggantung. Ketika istri saya bertanya apakah saya akan kerja deres atau tidak, saya hanya menjawab, “Entahlah, nanti saja.” Istri saya, yang selalu mendukung, tetap memasak nasi. Dia bilang, kalau saya jadi kerja subuh, masaknya pagi-pagi. Tapi kalau saya libur, dia akan masak agak siang.


Dilema seperti ini sering terjadi di musim hujan. Kerja deres karet sangat tergantung pada cuaca. Jika pagi cerah, peluang untuk mendapatkan getah yang cukup banyak sayang untuk dilewatkan. Tapi kalau hujan turun tiba-tiba, pekerjaan jadi terganggu, bahkan tidak jarang saya harus pulang lebih awal. Belum lagi kalau tanah di kebun becek atau licin, risiko terpeleset atau tergelincir juga tinggi.


Sebagai pekerja deres, saya tidak hanya bergantung pada fisik, tapi juga perencanaan. Musim hujan seperti ini mengajarkan saya untuk lebih fleksibel dan bijak dalam mengambil keputusan. Terkadang, saya merasa bingung harus mendahulukan pekerjaan atau meluangkan waktu bersama keluarga. Untungnya, istri saya selalu pengertian, bahkan ketika saya ragu-ragu untuk memutuskan.


Setiap keputusan yang saya ambil, baik bekerja atau libur, tentu saya pikirkan matang-matang. Kalau saya jadi kerja, artinya saya bisa menambah penghasilan meskipun risikonya hujan bisa datang kapan saja. Tapi kalau saya memilih libur, saya punya waktu lebih untuk membantu istri dan anak-anak di rumah. Yang jelas, setiap pilihan selalu ada konsekuensinya.


Musim hujan memang menjadi tantangan bagi para pekerja deras karet seperti saya. Namun, tantangan inilah yang membuat saya belajar untuk lebih menghargai setiap kesempatan dan dukungan dari keluarga. Di balik pekerjaan yang berat, ada kebahagiaan kecil ketika saya bisa pulang membawa hasil kerja keras untuk keluarga. Entah kerja atau tidak hari ini, yang penting adalah tetap bersyukur dan berusaha semampu saya.


Bagaimana dengan teman-teman pekerja deres lainnya? Apakah kalian juga mengalami dilema yang sama saat musim hujan seperti ini? Bagi saya, yang terpenting adalah tetap semangat, apa pun situasinya.

Komentar

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.