Langsung ke konten utama

Pernah ikut Jama'ah Tabligh (Jaulah)

 Assalamualaikum.

Hai sobat, di daerah tempat tinggal saya sini ada 3 aliran agama Islam, yaitu NU, Jamaah Tabligh, dan LDII. 

Jama'ah Tabligh
Gambar wapka.id

Saya sendiri adalah dari lahir sebagai NU. Dulu sempat pada tahun 2003/2004 saya pernah ikut dua kali ikut keluar 3 hari bersama Jamaah Tabligh/Jaulah. Alasan saya ikut adalah karena diajak tetangga dan orang tua pun mengizinkan, kemudian saya di ajak kembali untuk ikut keluar karena pada saat itu katanya di markas ada jama'ah dari India, karena penasaran ingin lihat langsung orang india itu seperti apa jadi saya ikut keluar lagi. Pada saat itu saya baru lulus sekolah Mts, umur saya baru 15 tahun.

Akhirnya saya putuskan untuk tidak ikut melanjutkan gabung bersama Jaulah karena beberapa alasan, yaitu dilarang ibu saya kata beliau menjadikan saya malas dalam bekerja, ya sobat saya tidak melanjutkan sekolah karena saya merasa bodoh dan juga faktor ekonomi. Dulu saya ikut bekerja membantu orang tua sebagai buruh sadap karet atau orang sini bilangnya mantang/motong atau menoreh. Saya juga tidak tahu apakah benar karena ikut Jaula saya jadi malas bekerja atau memang dasar saya sendiri yang pemalas.

Pada tahun itulah 2004 saya ikut keluar dan berhenti mengikuti Jaulah. Namun begitu amalan dari ajaran atau kajian Jaula beberapa masih ada yang saya amalkan/gunakan seperti adab makan, kencing dll.

Jaulah saat itu.

Berikut pengalaman yang kurang saya suka saat dulu ikut Jaula.

1. Ngawur.

Yang saya maksudkan adalah yang di tunjuk menjadi amir/pemimpin rombongan adalah orang yang tidak bisa mengaji, atau ngajinya asal-asalan tanpa menggunakan/mengetahui hukum tajwid yang benar. Jadinya ya aneh saja seorang yang ngajinya tidak benar kok jadi imam, mengajari mengaji. 

2. Sedikit maksa untuk bergabung.

Mungkin kala itu lagi semangatnya mencari anggota karena masih sedikit, jadinya ngajak ikut bergabungnya agak maksa.

3. Yang di musyawarah kan tetap.

Pada kegiatan keluar tiga hari di Masjid yaitu saat saya ikut Jaulah ada kegiatan rutin yang namanya kalau tidak salah musyawarah, dua kali saya ikut keluar 3 hari yang dibahas adalah sama atau tentang yang itu-itu saja seperti cara mau tidur, cara makan, cara masuk WC, cara buang air kecil/besar. Sedangkan saya berkali-kali mengusulkan tentang wudhu atau sholat selalu tidak dikabulkan. Mungkin bukan kelasnya untuk yang keluar 3 hari.

4. Sangat bertentangan dengan NU.

Dulu yang saya tahu Jaulah kurang setuju dengan amalan warga sekitar sini yang kebanyakan adalah NU, karena dinilai terlalu mementingkan hal duniawi, kurang rajin Sholat berjamaah di Masjid, berpakaian kurang Islami.

Sepertinya hanya itu pengalaman yang kurang cocok saat dulu saya pernah ikut Jaulah pada tahun 2004 di daerah saya sini.

Kalau sekarang mungkin sudah beda lagi ya sobat, karena di daerah saya sini sudah berdiri pondok pesantren khusus jama'ah tabligh (Jaulah) dan saya yakin sudah membaik atau yang saya maksud adalah yang jadi amir adalah yang sudah pantas, dan sepertinya dalam mengajak gabung juga sudah tidak memaksa lagi, mungkin sudah banyak jama'ah nya. Sekarang sepertinya sudah tidak terlalu dipermasalahkan dengan warga atau ustadz NU.

Dampak yang saya alami setelah ikut bergabung dengan Jaulah kala itu.

Meskipun hawanya saya kurang setuju dengan Jaulah, akan tetapi dimasjid sini dulu masih aktif yang namanya membaca ta'lim fadhilah amal setelah usai sholat berjamaah, saya pun sering mendengarnya dan terasa masuk apa yang saya dengar, selain itu juga disini dulu masih sering di kunjungi Jaula, jadinya meskipun saya sudah tidak ikut tapi ajarannya masih melekat pada diri saya. Berikut diantaranya yang saya rasakan setelah ikut Jaulah:

1. Tidak berani nonton TV.

Di Jaulah sangat anti dengan televisi, menurutnya semua tayangan di tv tidak baik/layak untuk di tonton, karena isinya dianggap banyak hoax dan penuh tipuan yang di khawatirkan akan melalaikan dan menjadi tuntutan. Apalagi di tv banyak artis yang mengumbar aurat. Melihat artis/cewek di tv mengumbar aurat saja sudah tidak boleh apalagi lihat secara langsung sobat.

2. Sok-sok an beri nasehat.

Setelah mendapatkan kajian fadhilah amal lalu saya sampaikan kepada kedua orangtua saya, ya hanya kepada orangtua saja, karena kepada yang lain saya tidak berani.

3. Menjadi sangat rajin ke Masjid.

Kala itu umur saya masih 15 tahun, tapi sudah rutin sholat 5 waktu berjama'ah ke masjid. Padahal sebelumnya saya sangat tidak memperdulikan untuk melaksanakannya, paling hanya saat sholat Magrib dan Isya saja.

4. Tidak boleh mendengarkan musik.

Selain tidak boleh menonton televisi juga tidak boleh mendengarkan musik, yang dimaksud adalah musik pop, rock dan sejenisnya yang bisa melalaikan dari mengingat kepada Allah.

Sepertinya hanya itu perubahan yang saya alami setelah ikut Jaulah kala itu.

Jaulah mulai di tentang di Masjid sini.

Sekitar tahun 2013/2014 yang menjadi ketua masjid berganti orang, jika dulu yang menjadi ketua adalah ustadz yang menjadi Jaula, kemudian di ganti dengan ustadz yang anti dengan Jaulah.

Setiap ada rombongan jama'ah Jaulah yang datang tidak begitu disambut dengan ramah.

Hingga pada suatu saat beliau merasa keberatan dengan kedatangan jama'ah Jaula, karena dianggap merusak akidah, dan khawatir jama'ah masjid atau warga sekitar jadi kepincut ikut Jaulah. Sebisa mungkin beliau memagari jama'ah nya agar jangan sampai jama'ah nya ikut keluar bersama Jaulah.

Sejak saat itu saya dan teman jama'ah masjid mulai agak kurang suka dengan jama'ah tabligh. Namun itu dulu karena sekarang saya tidak ada masalah dengan Jaulah.

Menurut saya Jaulah itu begini sobat!

Tentang Ibadah. Yang saya tahu para jamaah tabligh (Jaulah) sangat Zuhud dan sangat serius menaati ajaran agama Islam dengan sungguh, sangat ramah, suka memberikan salam.

Tentang duniawi. Kalau disawang sepertinya kehidupannya kepenak, dari rezeki sepertinya lancar meskipun terlihat pekerjaannya tidak terlalu keras. Demikianlah yang saya lihat, khususnya bagi Jama'ah Tabligh yang tetap rajin menjaga untuk Sholat berjamaah di Masjid.

Tidak pelit berbagi ilmu agama ataupun tentang dunia. Mereka sangat ramah, ada cerita pernah suatu hari saat saya sedang ada masalah keluarga, tidak tahu kenapa kenalan saya pak ustadz (Jaulah) sangat sekali menyuruh saya agar mampir kerumah beliau, saya kira semula basa-basi eh ternyata tidak, karena sampai 3x beliau meminta saya untuk mampir. Akhirnya saya mampir dan mengutarakan permasalahan saya dan beliau pun memberikan solusinya, di lain waktu kembali saya di ajak mampir kebetulan saat itu saya dan istri hendak usaha jualan kecil-kecilan kemudian beliau pun memberikan ilmu pengetahuannya tentang dagang.

Masjid menjadi hidup, misi utama Jama'ah Tabligh adalah memakmurkan Masjid, mereka berkeyakinan semakin masjid menjadi ramai/makmur maka kehidupan warga disekitarnya semakin damai hidup makmur, rejeki lancar. Ustadz yang tadi bilang dulu di desa tempat tinggalnya bahwasanya warganya sering ribut saling melabrak, begitu juga para pemuka agamanya pada konslet tidak saling menyapa. Akhirnya setelah beliau masuk di Jaula dan mengajak mereka warga untuk memakmurkan Masjid dan warga mendengar dan mematuhinya hingga keadaan menjadi membaik, dulu yang warganya sering ribut-ribut sekarang sudah tidak lagi, para pemuka agamanya pun sudah saling ngobrol santai.

Bebas bermadzhab Saya sendiri sebagai awam tidak terlalu mengerti hukum bermadzhab yang benar itu bagaimana, setahu saya sebagai warga biasa yang dulu pernah diberitahu ustadz kita sebagai NU yang bermadzhab Imam Syafii ya harus konsisten kecuali apabila dalam keadaan tertentu misalnya saat umroh/haji ketika tawaf kita boleh sementara pindah mazhab Imam Maliki karena dikhawatirkan ketika melaksanakan tawaf bersentuhan dengan lawan jenis, seperti yang diketahui bahwa mazhab Syafii bersentuhan dengan lawan yang bukan mahram ketika ada wudhu itu batal, sedangkan menurut mazhab Maliki tidak.

Sedangkan Jaula itu bebas bermazhab apapun, misal di sebagian besar jama'ah tabligh mengikuti mazhab Hambali seperti diketahui sekarang mazhab Hambali yang di anut Muhammadiyah mengharamkan merokok, nah di Jaula bebas jika ingin merokok tinggal memakai mazhab Syafii yang hanya makruh hukumnya.

Berpakaian yang memakai jubah. Di Jaula sudah wajar sekali yang lelaki memakai jubah, sedangkan yang perempuan memakai baju syariah (sebagian bercadar). Sedangkan warga awam tidak terbiasa mengenakan pakaian yang demikian misalnya yang lelaki apabila hendak ke Masjid saja menggunakan baju koko, sarung dan peci, karena anggapan warga orang yang memakai jubah dan kepalanya memakai sorban adalah seperti ulama' besar sedangkan para Jaula adalah teman/tetangga sendiri yang biasa-biasa saja ilmu agamanya, hal inilah yang termasuk yang menjadi kejanggalan. Namun bagi Jaula ini adalah hal biasa karena sunnah katanya.

Jodoh, pada umumnya di masyarakat untuk mendapatkan jodoh melalui proses pacaran terlebih dahulu, di Jaula tidak begitu karena kebanyakan mereka mendapatkan jodoh melalui proses perjodohan. Nah kalau yang ini saya setuju sekali karena lebih meminimalisir terjadinya perzinahan, tau sendiri kan sobat pacaran itu lebih banyak madhorotnya dan telah banyak yang terbukti pelakunya banyak yang kebablasan yaitu hamil duluan.

Mental berani tampil. Sesuai dengan namanya yaitu jama'ah tabligh yang mana setiap anggota yang sudah agak lama mulai di tunjuk untuk memberikan nasehat/bayan/tausiah jadi biasanya yang baru belajaran agak aneh gimana gitu kedengarannya, tapi tetap mereka merasa percaya diri karena mereka beralasan sedang belajar jadi misalnya ada kesalahan semoga di maklumi. Bukan masalah itu saja, misal yang lainnya apabila di tunjuk menjadi imam mereka pun selalu bersedia. Yang begitu tentu sangat berbeda dengan orang pada umumnya mereka yang merasa belum cukup ilmu yang menjadikan alasan tidak berani tampil baik itu menjadi imam ataupun bahkan memberi tausiah, apabila dipaksakan mungkin mental tidak kuat dan bisa jadi gugup/gemetaran.

Berjenggot, jenggot adalah sebagai ciri Jaula mereka seperti itu karena sunnah katanya, ada juga yang bilang agar saat berhubungan dengan istri bisa memuaskan.

Penutupan.

Itulah beberapa ungkapan saya mengenai Jama'ah Tabligh yang dulu sempat saya ikut. Buang jauh rasa tidak suka, seperti dulu saya sempat tidak suka, akan tetapi semakin lama ternyata mereka sangat memberikan manfaat dalam kehidupan saya pribadi, meskipun pada kenyataannya saya sendiri lebih sreg/cocok dengan NU.

Sekian postingan kali ini yaitu seputar Jama'ah Tabligh (Jaulah) semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum

Komentar

  1. Di tempat saya, Sukabumi pun Jamaah Tablig ada. Beberapa teman juga ada yang ikut jamaah tablig ini, gambarannya mirip dengan yang Bang Ali paparkan

    BalasHapus

Posting Komentar

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.