Alhamdulillah, Ramadan 1446 H telah tiba! Setiap tahun, datangnya bulan suci ini selalu membawa cerita dan pengalaman unik bagi setiap umat Muslim di berbagai penjuru dunia. Di tempat saya, di Sumatera Selatan, awal Ramadan tahun ini cukup berbeda dari biasanya, terutama dalam hal penentuan awal puasa dan persiapan menyambutnya.
Menunggu Keputusan Sidang Isbat: Tarawih yang Tertunda Sejenak
Sebagai seorang Nahdliyyin, kami selalu menanti keputusan resmi pemerintah melalui sidang isbat sebelum memulai puasa Ramadan. Berbeda dengan saudara kita di Muhammadiyah yang sudah lebih dulu menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 1 Maret 2025, kami masih menunggu pengumuman dari Menteri Agama. Biasanya, keputusan ini disampaikan sekitar pukul 19.00 WIB, namun kali ini ada sedikit keterlambatan, dan pengumuman baru keluar sekitar pukul 19.25 WIB.
Di daerah saya, waktu salat Isya sudah masuk, sehingga kami lebih dulu melaksanakan salat Isya berjamaah di masjid. Setelah itu, sebelum memulai tarawih, kami mengecek HP untuk memastikan apakah sudah ada pengumuman resmi. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya kabar yang ditunggu-tunggu datang: 1 Ramadan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. Dengan penuh kebahagiaan dan syukur, kami pun melanjutkan ibadah tarawih pertama Ramadan tahun ini.
Tradisi Punggahan: Makan Bersama Setelah Tarawih
Di daerah kami, setelah melaksanakan salat tarawih, ada sebuah tradisi yang disebut punggahan. Tradisi ini berupa makan bersama setelah tarawih, sebagai bentuk syukur dan kebersamaan dalam menyambut Ramadan. Punggahan menjadi momen yang sangat dinantikan, karena selain menikmati hidangan bersama, suasana kekeluargaan terasa semakin erat.
Setelah acara punggahan, kegiatan dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an. Ramadan memang bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjadi kesempatan untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Bangun Sahur: Alarm yang Menjadi Penyelamat
Setelah beristirahat beberapa jam, tibalah saatnya sahur. Agar tidak telat bangun, kami sekeluarga memasang alarm di HP. Biasanya, alarm disetel sekitar pukul 03.30 WIB, dan benar saja, sekitar pukul 03.45 WIB saya terbangun karena suara alarm berbunyi.
Menu sahur kami kali ini cukup sederhana namun nikmat: telur dadar dan sisa ikan nila dengan sambal. Meskipun sederhana, sahur tetap menjadi waktu yang penuh berkah. Kami makan dengan tenang, sambil sesekali berbincang ringan. Yang penting, tubuh mendapatkan energi yang cukup untuk menjalani puasa hari pertama.
Hujan Subuh: Menunda Rencana Menoreh Karet
Setelah sahur, kami bersiap untuk berangkat ke masjid guna menunaikan salat Subuh berjamaah. Namun, di luar dugaan, hujan turun cukup lebat. Tidak terlalu deras, tetapi cukup untuk membasahi pepohonan dan membuat suasana pagi terasa sejuk.
Sebagai seorang penoreh karet, cuaca sangat berpengaruh terhadap pekerjaan saya. Jika hujan turun terlalu lebat, biasanya pekerjaan menoreh harus ditunda karena getah karet tidak akan keluar dengan maksimal saat batang pohon basah. Pagi itu, saya pun harus melihat kondisi lebih lanjut sebelum memutuskan apakah tetap berangkat ke kebun atau menunggu hujan mereda.
Harapan di Ramadan Tahun Ini
Dengan segala dinamika yang terjadi di awal Ramadan ini, saya berharap puasa tahun ini bisa berjalan lancar hingga akhir. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga waktu untuk meningkatkan kualitas ibadah, memperbanyak sedekah, dan mempererat silaturahmi.
Semoga kita semua diberi kesehatan dan kekuatan untuk menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan, hingga akhirnya kita bisa merayakan Idulfitri bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga Ramadan tahun ini membawa keberkahan bagi kita semua!
Komentar
Posting Komentar